ads header

Wednesday, July 29, 2020

Mencermati Para Wanita Pejuang Fretelin 1970-an

0


Oleh; Blasius Mangkaka

Catatan sejarah menyebutkan bahwa pada tahun 1975, FRETELIN mengakomodasi partisipasi kaum perempuan dalam perjuangan gerilya di hutan-hutan bersama kaum lelakinya dengan mendirikan OPMT (Organizao Popular da Mulher Timorense) pada 28 November 1975. Pendiri, ketua dan sekretarisnya ialah Rose 'Muki' Bonaparte. Organisasi ini memiliki 7000 anggota yang hampir semuanya buta huruf.

Rose 'Muki' Boneparte lahir di Manatuto, sebuah kota kecil di pesisir utara, sekitar 70 kilometer dari ibu kota Dili tanpa catatan tanggal dan tahun lahir. Setelah lulus dari sekolah Canossian, dia mendapatkan beasiswa untuk belajar di Lisabon-Portugal pada awal tahun 1970an. Di Lisabon-Portugal, ia melengkapi pendidikannya dengan kursus mengenai pengantar perdagangan, namun dia lebih tertarik pada aktivis politik. Di Dili, ia bergabung dengan Reorganisasi Repertoir Portugis Movimento Portugis (MRPP), sebuah kelompok Maois yang dikerdilkan oleh Partai Komunis Portugis yang didukung Uni Soviet.

Ia mengajarkan dalam bahasa tetum Portugis hal-hal tentang baca tulis dan kesehatan kepada para anggota OMPT. Saat itu Rose "Muki" Bonaparte menggariskan kebijaksanaan perempuan dalam perang gerilya, yakni berpartisipasi dalam bentuk pengumpulan informasi tentang kekuatan musuh dan siap memanggul senjata apabila diperlukan.

Kepemimpinan Rose "Muki" Bonaparte dalam OPMT berlangsung amat pendek karena ia ditangkap pasukan pendudukan Indonesia pada 7 Desember 1975. Bersama koleganya (isteri dari Nicolao Lobato) yakni Isabel Lobato, ia ditembak mati oleh regu tembak TNI/Polri di tepi pantai Dili. Jill Jollife, seorang wartawan dan saksi mata asal Australia menulis bahwa Isabel Lobato dan Rose Muki Bonaparte dipaksa untuk menaiki kapal Tongkang yang akan membawanya ke Indonesia, namun Rose "Muki" Bonaparte menolaknya.

Karena menolak, Rose "Muki' Bonaparte kemudian ditembak mati di dermaga dan jenazahnya dilemparkan ke pelabuhan Dili. Saat meninggal dunia, Rose "Muki" Bonaparte adalah satu dari hanya 3 wanita dalam Komite Sentral Fretelin yang terdiri atas 50 orang anggota. Dua wanita lainnya ialah Maria do Ceu Pareira dan Guilhelmina Araudjo. Pada proklamasi kemerdekaan pertama Timor Leste tanggal 28 November 1975, Rose Muki Bonaparte adalah satu-satunya wanita yang memegang bendera baru Timor Leste.

Salah satu tokoh pejuang wanita Fretelin lainnya Mana Bisoi bersihkeras bahwa wanita dapat memanggul senjata seperti lelaki. Jill Jollifee seorang wartawan dan saksi mata tahun 1975 sempat melihat sekelompok wanita pemberani Fretelin yang mendatangi komandan pasukan Fretelin untuk menuntut agar mereka diberikan juga senjata dan peluru. Tetapi kemudian Fretelin tidak memberikan senjata dan peluru.

Para wanita itu hanya diperbolehkan untuk mengikuti pria-pria tentara Fretelin di hutan-hutan. Situasi ini membuat para wanita pemberani itu dilatih dengan taktik dan strategi gerilya. Sekarang masih dalam polemik terkait kaum wanita Fretelin yang meninggal dalam peperangan apakah mereka adalah tentera Fretelin penuh atau hanyalah sebagai kadet atau calon.

Magdalena Bi Dou Soares, anggota OPMT mengatakan kepada sebuah Media Timor Leste bahwa ia melihat kelompok-kelompok wanita dilatih untuk membongkar dan memasang kembali senapan, memasang peluru dan mengoperasikan senjata, serta membuat bubuk mesiu dan granat tangan. Para wanita itu diajarkan bagaimana melakukan penyergapan, menembak dan membunuh.

Mantan presiden FRETILIN, Francisco Xavier do Amaral mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Sofia Ospina dari sebuah Media bahwa ia mengenal seorang perempuan pejuang wanita Fretelin yang bernama Maria Tapo, yang diajari oleh suaminya untuk menggunakan senapan mesin, namun baru setelah suaminya terbunuh, dia mengambil alih senjatanya, dan meninggal saat membela diri pada tahun 1975.

Kalau gerilywan laki-laki terluka, wanita boleh memakai senjata prianya. Agaknya pada masa revolusi kaum wanita Fretelin adalah orang kedua dalam kepemilikan senjata Fretelin. Mereka adalah para pejuang wanita yang tidak memakai seragam tentara wanita karena keterbatasan persediaan pakaian tentara, yang kurang diakui keberadaannya sebagai prajurid Fretelin penuh namun memiliki semangat penuh untuk perjuangan Fretelin.

Sumber; Kompasiana

Author Image
AboutWest Papua National Coalition for Liberation

Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment

Berita